Diplomasi Hijau Prabowo dan Semangat Lokal UIN KHAS: Satu Hari Tanpa Polusi sebagai Inspirasi Global
Pidato Presiden RI Prabowo Subianto di forum G20 di Rio de Janeiro, Brasil, tidak hanya menggema sebagai langkah diplomasi hijau di panggung global, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya inisiatif lokal yang berdampak besar. Salah satunya adalah program “Satu Hari Tanpa Polusi” yang digagas oleh Rektor UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember, Prof. Dr. H. Hefni, M.M. Program ini, yang berorientasi pada pembentukan kebiasaan ramah lingkungan di tingkat universitas, menjadi cerminan dari bagaimana institusi lokal dapat memainkan peran penting dalam mendukung gerakan keberlanjutan global.
Menghubungkan Diplomasi Global dan Aksi Lokal
Dalam pidatonya, Prabowo menyerukan tanggung jawab negara-negara maju untuk memberikan carbon credit kepada negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang telah berkontribusi besar pada pengurangan emisi karbon global. Seruan ini memiliki relevansi dengan program “Satu Hari Tanpa Polusi” di UIN KHAS, yang bertujuan mengurangi jejak karbon secara langsung melalui perubahan gaya hidup komunitas akademik.
Program ini mendorong civitas akademika untuk meninggalkan penggunaan kendaraan bermotor selama satu hari penuh, memperbanyak jalan kaki, bersepeda, atau memanfaatkan transportasi yang ramah lingkungan. Filosofi di baliknya adalah membangun kesadaran kolektif bahwa kontribusi kecil dari setiap individu, jika dilakukan bersama-sama, dapat memberikan dampak besar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Aksi Kecil dengan Dampak Besar
Apa yang dilakukan oleh UIN KHAS mengingatkan bahwa tindakan lokal dapat menjadi pondasi kuat untuk perubahan global. Dengan lebih dari 10.000 mahasiswa dan staf yang terlibat, “Satu Hari Tanpa Polusi” mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, sekaligus menjadi model bagaimana institusi pendidikan dapat mengambil peran aktif dalam mitigasi perubahan iklim.
Prabowo sendiri, dalam pidatonya, menekankan pentingnya tindakan konkret yang dapat dilakukan di berbagai level. Ia menyebut bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten, seperti melindungi hutan tropis atau mengadopsi kebijakan berbasis keberlanjutan di tingkat lokal.
Inspirasi untuk Gerakan Nasional
Kolaborasi antara diplomasi global yang diperjuangkan Prabowo dan program-program lokal seperti yang dijalankan di UIN KHAS, menunjukkan potensi besar jika pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat saling bersinergi. Program “Satu Hari Tanpa Polusi” dapat menjadi inspirasi bagi universitas lain di Indonesia untuk menjalankan inisiatif serupa, sehingga tercipta gerakan nasional yang selaras dengan agenda iklim dunia.
Dalam konteks ini, semangat yang dibawa oleh Prof. Dr. H. Hefni melalui kebijakan ramah lingkungan di UIN KHAS tidak hanya berfungsi sebagai bentuk aksi lokal, tetapi juga sebagai bagian dari diplomasi hijau yang lebih luas. Kampus menjadi laboratorium kehidupan nyata untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan, sekaligus memberikan contoh nyata bahwa setiap langkah kecil berarti.
Kesimpulan: Dari Kampus ke Dunia
Pidato Prabowo di forum G20 dan program “Satu Hari Tanpa Polusi” di UIN KHAS menunjukkan dua sisi dari satu mata uang: bagaimana upaya global dan lokal dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan yang sama. Jika Prabowo berbicara atas nama Indonesia di panggung dunia, maka UIN KHAS menunjukkan kepada dunia bahwa perubahan dapat dimulai dari lingkungan terkecil kita.
Dengan mengintegrasikan diplomasi global dan aksi lokal, Indonesia tidak hanya mampu menjadi pemimpin di kancah internasional tetapi juga memberikan inspirasi bahwa keberlanjutan lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak, mulai dari pemimpin dunia hingga komunitas kampus. “Dari kampus untuk dunia, dari Indonesia untuk bumi,” adalah pesan yang diharapkan dapat terus menggema.
by. Wadek 3 FEBI UIN KHAS