Rektor UIN KHAS Jember: Hadapi Badai dengan Kekuatan, Jangan Terlena dalam Ketenangan

Surabaya, 13 Februari 2025 – Rektor UIN KHAS Jember, Prof. Dr. H. Hepni, S.Ag., M.M., menyampaikan pesan inspiratif tentang ketahanan, komitmen, dan semangat pengabdian dalam menghadapi tantangan kehidupan. Dalam pidatonya yang bertajuk Menjadi Kuat dalam Badai, Tetap Waspada dalam Ketenangan, beliau mengingatkan bahwa ujian terbesar sering kali bukan datang dari badai yang mengguncang, melainkan dari kenyamanan yang meninabobokan.
Menggunakan analogi seekor kera yang bertahan di pohon tinggi saat angin kencang, Prof. Hepni menekankan bahwa semakin besar tantangan yang dihadapi, semakin kuat seseorang harus berpegang pada prinsip, loyalitas, dan integritas. Namun, ia juga mengingatkan bahwa sering kali manusia justru lengah dan jatuh ketika menghadapi kenyamanan yang membuat terlena.
Lebih lanjut, ia juga membahas bagaimana kritik dan ekspektasi publik tidak boleh menjadi penghalang dalam menjalankan visi besar. Kisah seorang ayah dan anak yang menunggangi kuda menjadi ilustrasi bahwa apa pun pilihan yang diambil, akan selalu ada komentar dari orang lain. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh sivitas akademika untuk tetap teguh dalam menjalankan program dan kebijakan yang telah dirancang secara matang.
Dalam konteks akademik dan pengabdian di UIN KHAS Jember, Prof. Hepni menyoroti tiga tren penting yang harus dipahami dan diterapkan: Grand Theology – Kurikulum Berbasis Cinta, Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip, dan Stoikisme dalam Bekerja. Grand Theology menekankan tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, sesama, dan alam semesta. Gerakan sadar arsip mengajarkan pentingnya dokumentasi dalam setiap langkah kebijakan. Sementara stoikisme dalam bekerja mengajak setiap individu untuk tetap tenang, bahagia, dan produktif dalam menjalankan tugasnya.
Sebagai prinsip kerja di UIN KHAS Jember, ia menegaskan pentingnya bekerja dengan RUKUN, yakni Responsif dalam menghadapi perubahan, Understanding dalam memahami problem bangsa, Komunikatif dalam membangun relasi, Unity dalam menyatukan visi, serta Nahdlah sebagai semangat kebangkitan menuju perubahan yang lebih besar.
Di akhir pidatonya, Prof. Hepni menegaskan bahwa kemajuan bukan hanya diukur dari seberapa jauh kita melangkah, tetapi juga dari seberapa kuat kita bertahan dan seberapa tulus kita mengabdi. “Hadapilah badai dengan ketahanan yang kokoh, tetapi jangan lengah dalam kenyamanan yang menipu. Pengabdian sejati adalah bekerja dengan ketulusan, semangat, dan orientasi pada kemajuan,” pungkasnya.
by. Wadek 3 FEBI